Hanya Pemuda Biasa?
Hanya pemuda biasa?
Di dalam surat yang kita baca setiap hari Jumat, terdapat kisah-kisah yang benar-benar mengandung hikmah bagi orang yang beriman. Salah satu kisah tersebut di dalam surat Al -Kahfi dimulai dari ayat ke-9 yaitu kisah tentang para pemuda gua.
Kisah ini mungkin sudah familier di telinga-telinga kita karena sudah sering kita baca pada hari Jumat, sehingga tidak perlu dikisahkan ulang secara runtut di dalam tulisan ini.
Keistimewaan
Sebenarnya apa hikmah dibalik dikisahkannya cerita di dalam surat ini di dalam Al-Quran bahkan sampai menjadi sunnah untuk membacanya pada hari Jumat?
Allah SWT berfirman:
"Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka,"
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 13)
* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
Innahum fityatun… “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda…” Allah SWT berfirman bahwasanya mereka adalah pemuda. Pemuda-pemuda yang beriman kepada Allah. Apa keistimewaan mereka? Apakah mereka cerdas? Apakah mereka gagah perkasa? Tidak. Mereka hanyalah pemuda. Pemuda biasa yang yang telah dikaruniakan oleh Allah akal sehingga dapat berpikir dan menolak sesuatu yang oleh akal mereka memang tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan fitrah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Mereka memperoleh keimanan dengan menolak suatu kepercayaan yang tidak jelas alasan-alasannya. Sesuatu yang hanya diwariskan secara turun-temurun oleh generasi sebelum mereka (ayat ke-15). Perlu digaris bawahi di sini bahwa dengan beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya, Allah SWT akan menambahkan petunjuk-Nya. Petunjuk akan ditambahkan bila kita beriman terlebih dulu.
Maka dari itu, istimewanya para pemuda itu ada pada keimanan mereka yang terus mereka bawa, padahal saat itu penguasa dan rakyatnya bertentangan dengan kepercayaan mereka. Konsekuensi daripada iman yang mereka peroleh dari Allah adalah intimidasi sosial yang akan mereka peroleh. Oleh karena itu, mereka lari menuju gua meninggalkan kaum mereka dengan tetap membawa iman tidak peduli apa yang dipikirkan masyarakat tentang mereka.
Mereka adalah pemuda
Pemuda sangat khas ciri-cirinya. Mereka berada diantara dua kelemahan, yaitu kelemahan masa kanak-kanak yang belum paham apa-apa dan masa tua yang sudah lemah dan mudah lupa. Pemuda memiliki semangat yang menggelora. Otak mereka sedang segar-segarnya. Dikarenakan pengalaman mereka yang tidak begitu banyak dan belum ‘ternodai’, mereka berani untuk menolak seuatu yang bertentangan dengan akal mereka karena alasan-alasan yang tidak logis. Mereka menuntut penjelasan yang jelas.
Sejarah negara kita membuktikan bahwa para pemuda memberikan pengaruh yang signifikan dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebut saja Sutan Syahrir, Bung Tomo, dan para pemuda yang ikut menjadi massa saat hari proklamasi kemerdekaan RI. Itulah pemuda, harapan masa depan bangsa, pengemban estafet kepimimpinan dan tanggung jawab di masa yang akan datang.
Pemuda zaman ini
Sekarang, indonesia sedang didominasi oleh generasi y/millenials dan sedikit demi sedikit akan bergeser dan jatuh kepada generasi z. Kedua generasi ini hidup dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi. Perbedaan yang mendasar terletak pada generasi z yang sejak seumuran masa SD sudah mengenal yang namanya internet. Mereka tumbuh dan dewasa bersamaan dengan berkembangnya teknologi/jaringan internet, terutama pada anak-anak atau remaja-remaja perkotaan.
Sebagai seorang pemuda muslim, tentunya ini merupakan sebuah peluang yang sangat besar, dimana dia bisa memanfaatkan teknologi internet tersebut untuk dapat berbuat kebaikan karena Allah SWT yang akan menambah keimanannya. Sebaliknya, jikalau pemuda tadi tidak melihat adanya peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai bentuk kontribusinya kepada agama islam, dia hanya akan menjadi konsumen dari sebuah pasar besar yang menyediakan bermacam-macam produk menarik yang kurang memberi faedah dan dikemas dengan bentuk hiburan yang kesemuanya berujung pada keuntungan perusahaan dan kenikmatan yang semu belaka.
Wahai para pemuda! Ingatlah kata-kata Imam Syafi’I, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (bathil).” Wallahu A'lam
Di dalam surat yang kita baca setiap hari Jumat, terdapat kisah-kisah yang benar-benar mengandung hikmah bagi orang yang beriman. Salah satu kisah tersebut di dalam surat Al -Kahfi dimulai dari ayat ke-9 yaitu kisah tentang para pemuda gua.
Kisah ini mungkin sudah familier di telinga-telinga kita karena sudah sering kita baca pada hari Jumat, sehingga tidak perlu dikisahkan ulang secara runtut di dalam tulisan ini.
Keistimewaan
Sebenarnya apa hikmah dibalik dikisahkannya cerita di dalam surat ini di dalam Al-Quran bahkan sampai menjadi sunnah untuk membacanya pada hari Jumat?
Allah SWT berfirman:
"Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka,"
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 13)
* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
Innahum fityatun… “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda…” Allah SWT berfirman bahwasanya mereka adalah pemuda. Pemuda-pemuda yang beriman kepada Allah. Apa keistimewaan mereka? Apakah mereka cerdas? Apakah mereka gagah perkasa? Tidak. Mereka hanyalah pemuda. Pemuda biasa yang yang telah dikaruniakan oleh Allah akal sehingga dapat berpikir dan menolak sesuatu yang oleh akal mereka memang tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan fitrah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Mereka memperoleh keimanan dengan menolak suatu kepercayaan yang tidak jelas alasan-alasannya. Sesuatu yang hanya diwariskan secara turun-temurun oleh generasi sebelum mereka (ayat ke-15). Perlu digaris bawahi di sini bahwa dengan beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya, Allah SWT akan menambahkan petunjuk-Nya. Petunjuk akan ditambahkan bila kita beriman terlebih dulu.
Maka dari itu, istimewanya para pemuda itu ada pada keimanan mereka yang terus mereka bawa, padahal saat itu penguasa dan rakyatnya bertentangan dengan kepercayaan mereka. Konsekuensi daripada iman yang mereka peroleh dari Allah adalah intimidasi sosial yang akan mereka peroleh. Oleh karena itu, mereka lari menuju gua meninggalkan kaum mereka dengan tetap membawa iman tidak peduli apa yang dipikirkan masyarakat tentang mereka.
Mereka adalah pemuda
Pemuda sangat khas ciri-cirinya. Mereka berada diantara dua kelemahan, yaitu kelemahan masa kanak-kanak yang belum paham apa-apa dan masa tua yang sudah lemah dan mudah lupa. Pemuda memiliki semangat yang menggelora. Otak mereka sedang segar-segarnya. Dikarenakan pengalaman mereka yang tidak begitu banyak dan belum ‘ternodai’, mereka berani untuk menolak seuatu yang bertentangan dengan akal mereka karena alasan-alasan yang tidak logis. Mereka menuntut penjelasan yang jelas.
Sejarah negara kita membuktikan bahwa para pemuda memberikan pengaruh yang signifikan dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebut saja Sutan Syahrir, Bung Tomo, dan para pemuda yang ikut menjadi massa saat hari proklamasi kemerdekaan RI. Itulah pemuda, harapan masa depan bangsa, pengemban estafet kepimimpinan dan tanggung jawab di masa yang akan datang.
Pemuda zaman ini
Sekarang, indonesia sedang didominasi oleh generasi y/millenials dan sedikit demi sedikit akan bergeser dan jatuh kepada generasi z. Kedua generasi ini hidup dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi. Perbedaan yang mendasar terletak pada generasi z yang sejak seumuran masa SD sudah mengenal yang namanya internet. Mereka tumbuh dan dewasa bersamaan dengan berkembangnya teknologi/jaringan internet, terutama pada anak-anak atau remaja-remaja perkotaan.
Sebagai seorang pemuda muslim, tentunya ini merupakan sebuah peluang yang sangat besar, dimana dia bisa memanfaatkan teknologi internet tersebut untuk dapat berbuat kebaikan karena Allah SWT yang akan menambah keimanannya. Sebaliknya, jikalau pemuda tadi tidak melihat adanya peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai bentuk kontribusinya kepada agama islam, dia hanya akan menjadi konsumen dari sebuah pasar besar yang menyediakan bermacam-macam produk menarik yang kurang memberi faedah dan dikemas dengan bentuk hiburan yang kesemuanya berujung pada keuntungan perusahaan dan kenikmatan yang semu belaka.
Wahai para pemuda! Ingatlah kata-kata Imam Syafi’I, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (bathil).” Wallahu A'lam
Komentar
Posting Komentar