Mengungkapkan Perasaan: Tatap Muka atau Lewat Chat?
Anda sedang berdiri dalam sebuah bus, berpegangan pada salah
satu tiangnya. Di samping anda ada penumpang yang seumuran dengan Anda. Dia
sedang asyik dalam lamunannya. Apakah Anda akan berbicara dengannya tentang
perasaan Anda yang kacau setelah dipecat manajer Anda beberapa menit yang lalu
di kantor?
Tentu saja tidak. Kenal saja belum. Maka dari itu, kenalan
dulu!
Ketika ingin mengungkapkan perasaan, tentu tidak dengan
sembarang orang. Anda harus pilih-pilih. Siapa yang pantas untuk menerima pesan
Anda? Untuk mengetahui siapa yang pantas, diperlukan hubungan yang oleh Martin
Buber (1923) di dalam The Editors of Ecyclopædia Bittanica (1998) disebut I and Thou relationship. Disebutkan
bahwa hubungan tersebut menganggap setiap orang sebagai istimewa. Mereka diperlakukan
sebagai individu yang berbeda dari yang lain (unik). Ada perlakuan “khusus” kepada
“dia”: Inilah komunikasi antarpersona.
Menguasai komunikasi antarpersona dapat membantu memelihara
hubungan Anda dengan orang lain. Selain itu, komunikasi antarpersona juga dapat
membantu Anda dalam mengembangkan hubungan yang sudah ada. Hal itu karena
komunikasi antarpersona mempertimbangkan isi (content) dan dimensi hubugan (relationship
dimension). Maksudnya, seseorang—jika ingin membangun atau menjaga
hubungan—akan memikirkan apa yang akan dia katakan dan bagaimana cara
mengatakannya. Ini termasuk dalam salah satu prinsip komunikasi antarpersona.
Misalnya, Anda tertarik dengan seseorang sehingga ingin
lebih akrab dengannya. Apakah Anda akan melakukan hal-hal yang tidak
disenanginya? Tentu Anda ingin agar orang itu menerima diri Anda, begitupun
Anda terhadap dirinya. Pernah ada sebuah pepatah: “Perlakukanlah orang lain
sebagaimana dirimu ingin diperlakukan”. Seorang ilmuan sosial, Daniel
Yankelovich, pernah berkata bahwa diperlukan suasana kolaborasi dalam sebuah
perbincangan (quotefancy.com). Suasana yang berusaha mengedepankan pemahaman,
bukan tentang siapa yang terbaik pendapatnya seperti dalam perdebatan.
Apa yang telah disebutkan sebelumnya merupakan gambaran
komunikasi antarpersona secara langsung (tatap muka). Bagaimana dengan
komunikasi antarapersona secara tidak langsung (mediated interpersonal communication)? Dapatkah kita—dalam konteks
komunikasi antarpersona—mengungkapkan perasaan dengan media online seperti chat atau e-mail?
Simak perbedaannya: dalam komunikasi secara tatap muka, informasi
yang didapat dari pesan yang disampaikan oleh sumber (source) lebih banyak. Contohnya, ketika Anda berbicara dengan
seseorang secara langsung, Anda memperoleh informasi dari pesan-pesan yang
disampaikan oleh orang itu tidak terbatas pada apa isi perkataannya bukan? Anda
bisa menilai volume suaranya, gerakan tubuhnya, gerakan matanya, dan
seterusnya. Ada ragam pesan (isyarat) yang bisa Anda “baca”. Berbeda dengan
menggunakan e-mail atau chat. Kedua media tersebut hanya dapat
menampilkan bacaan.
Akan tetapi, sebuah riset yang dilakukan oleh peneliti
Joseph Walther dan Judee Burgoon (1992) membuktikan bahwa terdapat sedikit
perbedaan saat membandingkan proses pembentukan hubungan dengan komunikasi
antarpersona secara tatap muka dan dengan media elektronik. Bahkan, hasil dari
riset tersebut memberikan peningkatan yang positif bagi subyek pengguna media
elektronik daripada subyek yang berhubungan secara tatap muka!
Ada sebuah teori bernama social
information processing theory (Walther 2015). Teori ini membahas tentang kemungkinan terjadinya komunikasi
secara emosional dalam internet. Walaupun berkomunikasi dengan internet atau media
elektronik terbatas karena “hanya” menampilkan ketikan, hasil riset tadi
mengisyaratkan adanya faktor lain selain isi dari pesan tersebut. Teori ini (social information processing theory)
juga mengatakan bahwa jika seseorang berkomunikasi dengan pasangannya lagi di
internet, dia .akan lebih perhatian dengan isyarat-isyarat emosional secara
langsung seperti pesan yang berbunyi “Saya merasa sedih hari ini” atau secara
tidak langsung seperti pesan yang biasa dibalas dengan cepat tetapi tiba-tiba—entah
mengapa—lama menerima balasan. Contohnya lagi seperti pesan yang banyak memuat
tulisan lalu hanya dibalas dengan singkat oleh pasangan. Itu merupakan
pesan-pesan lain yang sifatnya non-verbal dan dapat berpengaruh terhadap emosi.
Ternyata, Anda bisa membangun suatu hubungan dengan
menggunakan komunikasi antarpersona lewat e-mail
atau chat lalu menungkapkan
perasaan Anda! Jika menggunakan chat, Anda
harus siap menunggu karena memang butuh waktu agar dapat mengidentifikasi isyarat-isyarat
emosi tadi. Namun demikian, peluang untuk dapat memupuk hubungan sama-sama
terbuka bagi mediated interpersonal
communication dan face-to-face
interpersonal communication. Terkhusus untuk komunikasi antarpersona dengan
media (internet) yang jaringannya telah menyebar ke seluruh dunia.
Wallahu a’lam.
Sumber:
The Editors
of Encyclopædia Britannica, 1998. “I-Thou Philosophical Doctrine”, Encyclopædia Brittanica [online]. dari https://britannica.com/topic/I-Thou
[diakses 13 Februari 2018].
Quotefancy,
t.t. “Daniel Yankelovich Quote”, Quotefancy
[online]. dari https://quotefancy.com/quote/1765959/Daneil-Yankelovich-The-act-of-collaboration-must-start-with-dialogue-you-cannot-build
[diakses 13 Februari 2018].
Walther,
Joseph B. dan Burgoon, Judee K., 1992. “Relational Communication in
Computer-Mediated Interaction”, Wiley
Online Library [online]. dari onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1468-2958.1992.tb00295.x/abstract
[diakses 15 Februari 2018].
Walther,
Joseph B., 2015. “Social Information Processing Theory (CMC)”, Wiley Online Library [online]. dari
onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/9781118540190.wbeic192/abstract [diakses 15
Februari 2018].
Foto: Pexels/Andrew Neel
Komentar
Posting Komentar